FLU SINGAPURA - HFMD - KTM
"Flu Singapura" sebenarnya adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ).
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.
EPIDEMIOLOGI:
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum/biasa pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ).
Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 - 5 hari.
GAMBARAN KLINIK :
Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti (flu) pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus dumulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul ruam atau lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.
Kadang-kadang ruam ada dibokong. Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.
Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat , harus dirujuk kerumah sakit sebagai berikut :
o Demam tinggi (suhu lebih dari 39 C)
o Demam tidak turun-turun
o Jantung berdebar
o Sesak napas
o Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi.
o Nyeri pada leher,lengan dan kaki.
o Serta kejang-kejang.
Komplikasi penyakit ini adalah :
o Radang selaput otak
o Radang otak
o Radang pada otot jantung dan radang pada selaput jantung
o Lumpuh layu
LABORATORIUM
Sampel dapat diambil dari tinja, usap anus, cairan otakl dan usap ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak.
Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Deteksi Virus : dengan cara pemeriksaan anti kekebalan dalam tubuh
2. Deteksi RNA
3. Serodiagnosis
PENGOBATAN
o Istirahat yang cukup, untuk mengembalikan daya tahan tubuh
o Pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang timbul:
- Antiseptik didaerah mulut, misalnya berkumur dengan betadine kukur atau enkasari
- Analgesik (mengurangi demam, sakit kepala, nyeri) misal parasetamol
- Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
oPengobatan suportif lainnya ( gizi dll )
Penyakit ini adalah self limiting diseases (sembuh sendir setelah masa inkubasinya selesai) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun
o Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan mengurangi kepadatan, kebersihan (Higiene dan Sanitasi). Lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)
Sumber: Reliance Insurance
Resep Untuk Sakit Asam Urat
langkah awal:
- banyak minum air putih untuk membersihan jalur energi dan fisik pembuangan.
- Sentuhkan kaki minimal 30 menit ke tanah tentu dibarengi aktivitas tidak hanya di sentuh tanah. Sambil jalan-jalan tanpa alas kaki.
- Memakan singkong minimal 1 biji sebesar kepalan tangan (untuk menguatkan unsur tanah dalam tubuh) fungsinya menetralisir racun dalam tubuh)
Silahkan resep diatas dicoba, tidak ada efek negatif tetapi aman dan menyehatkan.
Minimal selama 7 hari.
Sumber: Millis Food_Combining_Indonesia
10 Ways to Control Your High Blood Pressure
2.Know what your weight should be. Keep it at or below that level.
3.Don't use too much salt in cooking or at meals. Avoid salty foods.
4.Eat a diet rich in fruits, vegetables and whole-grain high-fiber foods according to American Heart Association recommendations.
5.Control alcohol intake. Don't have more than one drink a day if you're a woman or two a day if you're a man.
6.Take your medicine exactly as prescribed. Don't run out of pills even for a single day.
7.Keep appointments with the doctor.
8.Follow your doctor's advice about physical activity.
9.Make certain your parents, brothers, sisters and children have their blood pressure checked regularly.
10.Live a normal life in every other way.
Following the recommendations of your healthcare professionals is essential to lowering your high blood pressure. Find facts, tips and tools if you need help with making lifestyle changes or taking your medications properly.
http://www.americanheart.org/
Kombinasi Glimepiride – Metformin
Berikut studi yang menilai efek terapi kombinasi metformin – glimepiride:
1.Studi : Improved Glycaemic Control by Addition of Glimepiride to Metformin Monotherapy in Type 2 Diabetic Patients. (G, Charpenteir; et al)1
Tujuan : Membandingkan efek glimepiride dalam kombinasi dengan metformin dibandingkan monoterapi glimepiride atau emtformin.
Metoda : Studi multisenter ini bersifat acak, tersamar ganda, grup paralel. Pasien DM tipe 2 usia 35-70 tahun yang tidak terkontrol dengan monoterapi metformin 2.550 mg/hari selama minimal 4 minggu, dikelompokkan secara acak untuk medapat terapi :
•Metformin
•Glimepiride
•Metformin + glimepiride
Hasil : n= 372 pasien; usia rerata 56 tahun.
Parameter Metformin Glimepiride Kombinasi Nilai p
Perubahan A1C (%) + 0,07 ± 1,20 + 0,27 ± 1,10 - 0,74 ± 0,96 <0,001
GDP (mmol/L) + 0,8 ± 0,4 + 0,7 ± 3,1 - 1,8 ± 2,2 <0,001
GDPP (mmol/L) + 1,1 ± 5,9 + 0,1 ± 5,1 - 2,6 ± 3,9 <0,001
-Insiden efek samping hipoglikemia simtomatik lebih tinggi pada kelompok kombinasi dibandingkan kelompok monoterapi (p=0,039)
-Tidak ditemukan perbedaan bermakan dalam hal kontrol gula darah pada kelompok monoterapi metformin dengan glimepiride.
Kesimpulan : Penambahan terapi glimepiride pada pasien DM tipe 2 yang telah gagal dengan metformin dapat meningkatkan kontrol gula darah dibandingkan monoterapi metformin maupun glimepiride.
2.Studi : Glimepiride versus pioglitazone combination therapy in subjects with type 2diabetes inadequately controlled on metformin monotherapy. (G, Umpierrez; et al)2Tujuan : Membandingkan efek penambahan terapi glimepiride atau pioglitazone pada pasien DM tipe 2 yang gula darahnya tidak terkontrol dengan monoterapi metformin.
Metoda : Studi multicenter, acak, grup paralel, open label. Pasien DM tipe 2 dewasa yang gula darahnya tidak terkontrol dengan monoterapi metformin (A1C : 7,5 – 10 %) dikelompokkan secara acak untuk mendapat terapi :
•Metformin + Glimepiride
•Metformin + Pioglitazone
Hasil : n=203.
-Kedua kelompok terapi mencapai penurunan kadar gula darah yang serupa dan bermakna secara statistik dibandingkan data dasar (pada minggu ke-26); (untuk kadar gula darah puasa p<0,05; A1C p=0,0001)
-Terapi glimepiride menghasilkan penurunan kadar A1C yang lebih cepat pada minggu ke-6, -12, dan ke-20 dibandingkan pioglitazone (p<0,05)
-Waktu rerata mencapai kadar A1C ≤ 7% lebih cepat pada kelompok yang mendapat glimepiride (80 - 90 hari vs 140 – 150 hari; p=0,024)
-Kadar kolesterol total dan LDL secara bermakna lebih tinggi pada kelompok pioglitazone (p<0,05).
-Terapi glimepiride berhubungan dengan peningkatan risiko hipoglikemia; sedangkan pioglitazone berhubungan dengan efek samping edema perifer.
-Biaya terapi glimepiride lebih ringan dibandingkan pioglitazone.
Kesimpulan : Pada pasien DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan monoterapi metformin, penambahan glimepiride atau pioglitazone sama-sama menghasilkan perbaikan kontrol gula darah yang bermakna. Dibanding pioglitazone, glimepiride menghasilkan kontrol gula darah yang lebih cepat, kadar kolesterol total dan LDL yang lebih rendah, dan biaya terapi yang lebih murah.
3.Studi : Efficacy and safety of glimepiride plus metformin in a single presentation, as combined therapy, in patients with type 2 diabetes mellitus and secondary failure to glibenclamide, as monotherapy (M, Gonzàlez-Ortiz; et al)3
Tujuan : Menilai efektifitas dan kemanan glimepiride + metformin dalam suatu preparat tunggal, sebagai terapi kombinasi, pada pasien DM tipe 2 dengan kegagalan sekunder glibenclamide.
Metoda : Studi multisenter ini bersifat acak, tersamar ganda. Kriteria pasien : Pasien DM tipe 2 yang mendapat terapi glibenclamide dosis maksimal dengan kadar gula darah puasa > 140 mg/dL dan A1C >8%. Pasien dikelompokkan secara acak mendapat :
•Glimepiride dosis titrasi hingga 4 mg
•Metformin dosis titrasi hingga 2.000 mg
•Glimepiride 4 mg + metformin 2.000 mg sediaan tunggal.
Hasil : n=104 pasien.
Kesimpulan : Penggunaan kombinasi glimepiride + metformin dalam sediaan tunggal selama 3 bulan terlihat efektif dan aman pada paisen DM tipe 2 yang mengalami kegagalan sekunder glibenclamide
4.Studi : Comparison of the Efficacy and Safety of Glimepiride/Metformin Fixed Combination Versus Free Combination in Patients with Type 2 Diabetes.(Seung-Hwan, Lee; et al)4
Tujuan : membandingkan efektifitas dan kemanan terapi kombinasi glimepiride + metformin dalam sediaan tunggal dengan sediaan terpisah.
Metoda : Pasien yang telah didiagnosa DM tipe 2 minimal 6 bulan yang lalu dikelompokkan secara acak untuk mendapat terapi :
•Metformin + glimepiride sediaan tunggal
•Metformin + glimepiride sediaan terpisah
Terapi diberikan secara titrasi tiap 2 minggu, selama 16 minggu.
Hasil : n=213 pasien.
Terdapat penurunan kadar A1C sebesar 1,09% dan 1,08% pada kelompok sediaan tunggal dan sediaan terpisah. Perubahan kadar gula darah puasa dan post prandial, serta kemanan ditemukan sama pada kedua kelompok tersebut.
Kesimpulan : Kombinasi glimepiride/metformin dalam sediaan tunggal mempunyai efektifitas dan profil kemanan yang sama dengan sediaan terpisah pada pasien DM tipe 2.
Sikap Ayah Pengaruhi Perkembangan EQ Bayi
Sikap ayah dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan ternyata bisa mempengaruhi EQ bayi. Jika si Ayah suka nempilkan wajal sebal, si bayi konon mengamati dan ikut-ikutan menampilkan wajah sebal juga.Jika si Ayah suka cemburu, eh si bayi juga konon begitu juga.
Usia 0 - 3 Bulan
Hubungan emosional bayi dengan ibunya sudah ada sejak dalam kandungan, demikian kata sebagian pakar. Bayi bisa tahu bila ibunya dalam keadaan stres atau tenang. Jika ibu stres, biasanya bayi ikut rewel, cengeng, dsb.). Jika ibunya tenang, bayi pun tenang. Jika saat ini ibu stres akibat kecemburuan ayah terhadap bayi (yang ditunjukkan lewat perbuatan atau kata-kata yang negatif), otomatis, bayi pun bisa merasakannya dan ikut-ikutan stres.
Sebagian pakar lain mengatakan bahwa hubungan bayi dengan orangtuanya mulai terjalin saat ayah ibunya memberinya minum, menggendong, mendekap, dan menenteramkannya. Kualitas hubungan bayi dengan ayah ibunya di masa ini akan mempengaruhi proses perkembangan keterampilan sosialnya nanti. Jika kecemburuan ayah sampai memperburuk kualitas hubungannya dengan bayi, dikhawatirkan buruk pula proses perkembangan keterampilan sosial si kecil nantinya.
Saat berusia 3 bulan, bayi mulai berminat berinteraksi sosial lewat tatap muka, terutama wajah kedua orangtuanya. Ia akan belajar banyak hal lewat pengamatan dan peniruan bagaimana 'membaca' dan mengungkap emosi. Inilah tahap untuk secara aktif mulai melatih emosi bayi. Apa jadinya bila ayah sering menampilkan wajah sebal atau malah membuang muka setiap kali bayi menatapnya? Maka bayi akan mengamatinya, membacanya, dan ikut-ikutan sering menampilkan wajah sebal.
Usia 6 - 8 Bulan
Di usia ini bayi mulai menemukan cara baru untuk mengungkapkan perasaan hatinya, semisal sedih, gembira, takut, marah, dsb. kepada sekelilingnya. Jika sebelumnya ia hanya mampu memikirkan benda atau manusia yang ditatapnya saat itu, sekarang ia sudah bisa memindahkan perhatiannya sambil tetap mengingat objek/manusia tanpa harus menatapnya lagi. Kalau ia senang dengan bola merahnya, ia akan memandang orang tuanya atau orang lain sambil menyampaikan rasa senangnya (lewat senyum, ocehan, atau gelak tawa). Inilah dasar kemampuan untuk bermain dan berinteraksi secara emosional nantinya. Jika bayi lebih banyak merasa sedih/takut pada ayahnya yang galak atau ketus dibakar cemburu, ia akan selalu menatap sekelilingnya dengan ekspresi begitu pula. Mengenaskan, ya!
Usia 9 - 12 Bulan
Di rentang usia ini, bayi mulai memahami bahwa manusia dapat membagi gagasan dan emosi mereka satu sama lain. Bila ayah atau ibu bertanya kepada bayi, "Dedek lagi kesal, ya?", bayi dapat memahami bahwa orangtuanya ternyata bisa membaca atau mengetahui suasana hatinya. Dengan kata lain bayi mulai memahami bahwa dengan menunjukkan ekspresi tertentu, ia atau orang lain dapat berbagi emosi.
Jika ayah yang cemburu keapda bayi selalu menunjukkan ekspresi negatif (acuh tak acuh, sebal, kesal, dsb.), bayi pun mengetahui suasana hati ayahnya sedang tak bersahabat. Dan jika bayi selalu menjumpai ayahnya dalam keadaan seperti ini, ia pun cenderung menghindar dari sang ayah. Dengan begini, bayi akan kekurangan kasih sayang ayah. Padahal, menurut Robin Skynner, pendiri dan pengajar pada Institute of Family Therapy, Inggris, kehadiran seorang ayah yang penuh kasih sayang di samping bayi kelak akan membantu si bayi menghadapi berbagai masalah dan kelompok yang lebih dari dua orang.
Sumber: Berbagai sumber
Probiotik Selama Kehamilan Dan Menyusui
Ada hal yang kuat yang diturunkan dalam perkembangan penyakit atopik, dan adanya penyakit atopik pada ibu khususnya menunjukkan risiko untuk bayinya, walaupun, faktor genetik tidak dapat menerangkan peningkatan prevalensi penyakit atopik di Negara berkembang. Pendekatan baru untuk pencegahan sangat diperlukan untuk mengembalikan kecenderungan ini. Dari tindakan pencegahan yang telah dilakukan penelitian sebelumnya, hanya tindakan menyusui yang direkomendasikan yang kemungkinan bermanfaat.
Sebagai tambahan, nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan, menyusui akan memberikan perlindungan imunitas selama masa kritis ketika kekebalan bayi belum matang. TGF-B merupakan kunci imunoregulator untuk meningkatkan produksi antibodi IgA. Selama awal masa kelahiran, ketika produksi endogen TGF-B masih rendah, komponen susu ibu merupakan kompoenen yang penting yang berasal dari luar. Studi terbaru menunjukkan bahwa kadar TGF-B dalam kolustrum berhubungan dengan kemampuan bayi untuk memproduksi IgA untuk melawan antigen dan mencegah terjadinya penyakit atopik selama masa menyusui ekslusif. Potensi pencegahan dari ASI mungkin bisa diterangkan dengan adanya perbedaan komposisi ASI.
Probiotik, mikroba hidup dari komponen makanan yang bermanfaat terhadap kesehatan, menunjukkan mampu untuk mengontrol radang akibat alergi dan menghilangkan gejala-gejala akibat eksema atopik, alergi makanan, sebagian dengan meningkatkan produksi TGF-B. Kami melakukan penelitian tentang potensi imunoprotektif ASI dapat ditingkatkan dengan pemberian probiotik pada wanita hamil dan menyusui dengan atau tanpa penyakit atopik.
Subyek dan Metoda
Studi ini merupakan studi tersamar ganda, plasebo-kontrol untuk mengevaluasi potensi probiotik dalam mencegah alergi. Secara umum sebanyak 159 wanita hamil yang mempunyai riwayat keluarga atopik diacak dan selanjutnya mendapat L. rhamnosus ATCC53103 2x1010CFU sekali sehari atau plasebo selama 4 minggu sebelum persalinan (rata-rata 28 hari; 95%CI 24 -31) dan selama menyusui. Sebanyak 62 wanita dan bayi yang memenuhi kriteria inklusi menggunakan probiotik dan menyusui atau plasebo sampai anak berusia 3 bulan.
Pemeriksaan kadar total IgE serum darah tali pusat diukur dengan ELISA, sedangkan kadar TGF-B1 dan TGF-B2 diukur dari ASI yang dikumpulkan pada saat bayi berusia 3 bulan. Riwayat klinis bayi dan status dinilai sesuai dengan jadwal kunjungan pada usia 3,6,12,18, dan 24 bulan. Penilaian penyakit atopik pada ibunya berdasarkan dari adanya riwayat penyakit atopik, alergi, rinokonjungtivitis dan asma.
Eksim atopik ditegakkan jika ada gejala gatal, bentuk dan penyebaran yang khas, dan kekambuhan. Riwayat atopik dalam keluarga dimasukkan dalam kriteria inklusi. Kriteria kronisitas untuk eksim atopik jika mendapat 3 atau lebih periode serangan eksim (masing-2 periode minimal 1 bulan) selama 2 tahun pertama kehidupannya. Eksema masuk sementara jika ada 1 – 2 episode, alergi susu sapi dikonfirmasikan dengan uji pemberian susu sapi tersamar ganda, plasebo–kontrol, jika timbul gejala, tanda klinis, dan “prick test” kulit maka kemungkinan alergi susu sapi.
Data ditampilkan berdasar rata-rata dengan 95%CI, dan Student t-test digunakan untuk membandingkan nilai 2 kelompok data distribusi normal. Data dengan distribusi tidak normal ditampilkan dengan median dan range interkuartil, perbandingan kedua kelompok dengan Mann-Withney U test. X2 digunakan untuk membandingkan proporsi dua kelompok.
Hasil
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat probiotik dan lahir dari ibu yang mendapat plasebo sama dalam cara melahirkan. Kadar TGF-B2 dari ibu yang mendapat probiotik lebih tinggi (2885 pg/ mL 95%CI, 1624 -1461) daripada yang mendapat palsebo (1340 pg/mL 95% CI, 978 – 1702) p =0,018. Kadar TGF-B1 masing-masing adalah 226 ng/mL (95%CI, 118-335) dan 178 ng/mL (95%Ci, 122-233; p=0,41). Pada subgrup yang mempunyai kadar IgE darah talipusatnya ≥ 0,5 kU/L), konsentrasi TGF-B2 pada ASI dari ibu yang mendapat probiotik adalah 5085 pg/mL (95% CI, 1818-8352 pg/ mL), dibading dengan 1136 pg/mL (95%CI, 532-1740 pg/mL) pada ibu yang mendapat plasebo, p=0,021.
Dari tindaklanjut klinis, data diambil 57 dari 62 anak (92%) sampai usia 2 tahun. Secara umum, 35 anak (61%) muncul eksema selama 2 tahun pertama, 17 (30%) dari 57 bersifat transien dan 18 (32%) dari 57 atopik eksim kronik dengan kekambuhan, 22 (39%) sehat. Risiko eksim atopik kronik dengan kekambuhan meningkat pada ibu dengan penyakit atopik (16 dari 38 – 42%) daripada ibu yang sehat, risiko relatif 4,0 95%CI, 1,0 – 15,6. p=0,016. Pemberian probiotik pada ibu berhubungan dengan penurunan prevalensi eksim atopik dibadingkan dengan plasebo, 4(15%) dari 27 bayi dari ibu yang mendapat probiotik terjadi eksim atopik kronik kekambuhan dengan 14(47%) dari 30 bayi dari ibu yang mendapat plasebo terjadi eksim atopik kronik dengan kekambuhan. Risiko relatif 0,32 95%CI, 0,12 – 0,85, p=0,0098. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada bayi yang dilahirkan dari ibu atopik dengan bayi yang dilahirkan ibu yang tidak atopik, secara umum 4 dari 16 (25%) bayi dari ibu atopik yang mendapat probiotik mendapat eksema atopik kronik, dibandingkan dengan 12 (55%) dari 22 bayi dari ibu atopik yang mendapat plasebo (risiko relatif 0,46 95%CI, 0,18 – 1,16. p=0,069) dan tidak satupun dari 11 bayi ibu non-atopik yang mendapat probiotik mendapat eksema atopik kronik. Tidak ada ”adverse event” ataupun efek samping klinis yang terjadi selama suplementasi probiotik atau follow up.
Diskusi
Probiotik disini menunjukkan perlindungan bayi dari eksema atopik jika diberikan kepada ibunya sebelum kelahiran dan selama masa menyusui. Bayi dengan peningkatan IgE dalam darah tali pusatnya, menyiratkan sensitisasi atopik di dalam rahim, menunjukkan manfaat preparat ini sepertihalnya probiotik meingkatkan TGF-B2 dalam ASI.Ini mendukung bahwa probiotik menujukkan efeknya pada mekanisme imunologi awal yang mempengaruhi perkembangan penyakit atopik, dan ini menekankan adanya interaksi yang kompleks antara predisposisi genetik, sensitisasi awal dan faktor imunoprotektif dalam perkembangan penyakit atopik.
Adanya ketidakseimbangan respon imun Th2 janin, dan tipe respon imun ini merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan penyakit atopik. Selama periode pasca kelahiran terjadi penurunan respon Th2 seiring dengan peningkatan usia pada anak non-atopik dan dengan pola kebalikannya pada anak yang atopik. Namun, peningkatan serum IgE pada awal kehidupannya gagal menunjukkan hubungan dengan status atopik anak pada masa depannya, dan prediksi nilai IgE dari darah tali pusat merupakan hal yang kecil yang dipertimbangkan. Dalam studi ini, pemberian probiotik meskipun melindungi terhadap eksim atopik, tidak mempunyai efek pada hubungan obyektif dari penyakit atopik tradisional. Tidak ada korelasi langsung yang menunjukkan antara antara konsentrasi TGF-B2 ASI dengan perkembangan penyakit atopik, yang dinilai dari ”skin prick test” dan antibodi IgE serum.
Minum Air
*METODE TERAPI*
1. Setelah bangun pagi sebelum mengosok gigi, minum 4 x 160 ml gelas air
2. Gosok dan bersihkan mulut tapi jangan makan atau minum apapun selama 45 menit
3. Setelah 45 menit anda boleh makan dan minum seperti biasa
4. Setelah 15 menit sarapan, makan siang dan malam,jangan makan-minum selama 2 jam
5. Untuk yang tua atau sakit dan tidak dapat minum 4 gelas air pada saat mulai bisa digantikan dengan meminum sedikit air lebih dulu lalu ditingkatkan berkala hingga 4 gelas per hari.
Daftar berikut adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk terapi pengobatan/control/ mengurangi penyakit utama:
1. Tekanan darah tinggi (30 hari)
2. Asam lambung (10 hari)
3. Diabetes (30 hari)
4. Susah buang air besar/konstipasi (10 hari)
5. Kanker (180 hari)
6. Tuberculosis (90 hari)
7. Pasien arthritis disarankan terapi hanya 3 hari pada minggu pertama dan dari minggu kedua dan seterusnya – setiap hari
Metode pengobatan ini tidak mempunyai efek samping, tetapi pada saat pelaksanaan pengobatan ini anda mungkin akan buang air beberapa kali. Adalah lebih baik jika kita melanjutkan terapi ini dan menjadikan prosedur ini sebagai rutinitas dalam kehidupan kita. Minum air dan tetap sehat dan aktif.
Orang Cina dan *Jepang minum teh hangat* pada saat makan mereka... *bukan air dingin*. Mungkin sudah waktunya kita mengadopsi kebiasaan minum mereka sewaktu makan !!! Tidak ada ruginya… Untuk yang suka minum air dingin, artikel ini mungkin berguna untuk anda. Air dingin akan memadatkan minyak yang anda konsumsi. Ia akan memperlambat pencernaan. Sekali "kotoran" ini bereaksi dengan asam, ia akan dipecah dan diserap oleh intestine lebih cepat daripada makanan padat. Ia akan berbaris dalam usus besar. Dengan cepat, ini akan berubah menjadi lemak dan menjadi pemicu kanker. Sangat bagus untuk minum sup hangat ataupun air hangat setelah makan.
Sumber: Berbagai sumber
Infeksi Toxoplasma Pada Kehamilan
Blogdetailer.com: Infeksi toxoplasma merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Semua orang bisa terkena infeksi toxoplasma.
Yang menjadi sumber infeksi toxoplasma antara lain:
- Tinja/ kotoran kucing
- Hewan potong yang terinfeksi
- Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
- Organ/ donor yang terinfeksi
Seseorang dapat terinfeksi toxoplasma melalui:
- Makan sayur/ buah-buahan yang terkontaminasi tinja kucing yang terinfeksi
- Makan daging mentah atau kurang matang
- Kontaminasi pada mata atau mulut
- Penularan dari ibu ke janin
- Transplantasi organ
- Transfusi darah
Bila mengenai orang dewasa dan anak-anak yang system kekebalannya berfungsi baik biasanya tidak berbahaya. Bagi Janin, BERBAHAYA, bila ibu yang sedang hamil mengalami infeksi primer (infeksi yang pertama kali sepanjang hidupnya) atau seseorang yang mengalami gangguan system kekebalan tubuh.
Bila ibu hamil terinfeksi toxoplasma, janinnya tidak selalu ikut terinfeksi. Semakin tua usia kehamilan saat ibu pertama kali terinfeksi, semakin besar kemungkinan janin tertular. Semakin muda usia kehamilan saat ibu terinfeksi primer, semakin parah akibat yang timbul pada janin.
Pada umumnya infeksi ini tidak bergejala, kalaupun ada gejalanya tidak khas/ spesifik sehingga dokter maupun yang bersangkutan seringkali tidak menyadarinya. Cara lain untuk mendiagnosis infeksi toxoplasma adalah dengan pemeriksaan laboratorium. Untuk pertama kali yang perlu diperiksa adalah antibody IgG dan IgM Toxoplasma. Bila negative perlu dipantau selama kehamilan, idealnya 3 bulan sekali atau sesuai anjuran dokter.
Anti-Toxoplasma IgM adalah Antibodi yang pertama kali muncul di darah bila ada infeksi parasit Toxoplasma gondii.
Anti-Toxoplasma IgG adalah Antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup.
Aviditas Anti-Toxo IgG adalah kekuatan ikatan antara anti-toxoplasma IgG dengan parasit Toxoplasma gandii.
Manfaat aviditas anti-toxo IgG
Apabila ada dugaan terjadi infeksi (Anti Toxoplasma IgM dan IgG positif) maka pemeriksaan aviditas anti-toxo IgG dapat untuk menentukankapan infeksi terjadi.
Sumber: Berbagai sumber.
Cardiopulmonary Resuscitation ( CPR )
Dua orang staf Johnson City Medical Center menemukan metode ini dan mereka menelitinya secara mendalam di Unit Gawat Darurat rumah sakit, serta menulis artikel mengenai hal tersebut. Tulisan mereka telah diterbitkan, dan bahkan temuan ini mereka masukkan dalam pelatihan CPR dan ACLS. Metode yang disebut 'Cough CPR' ('CPR lewat Batuk') ini terbukti dapat dan berhasil dilakukan, dan seorang ahli penyakit jantung mengakuinya.
Bayangkan bahwa Anda sedang dalam perjalanan pulang ke rumah (seorang diri, tentu saja). Saat itu pukul 6.15 sore. Anda betul-betul penat, jengkel dan frustasi setelah seharian bekerja berat. Tiba-tiba dada Anda terasa amat sakit, dan rasa sakitnya kemudian menjalar ke lengan dan terasa sampai ke bagian rahang. Rumah sakit terdekat dari rumah jaraknya hanya lima mil.
Sayangnya, Anda tidak tahu apakah Anda bisa melanjutkan perjalanan sejauh itu. Apa yang harus Anda lakukan? Anda sudah pernah berlatih melakukan resusitasi jantung (CPR), tetapi sayangnya sang pelatih tidak mengajarkan cara melakukannya pada diri Anda sendiri.
Orang yang terkena serangan jantung pada umumnya sedang sendirian saat serangan tersebut datang, dan kami kira metode dalam artikel ini bias diterapkan. Jika tidak segera mendapatkan pertolongan, orang yang jantungnya berdetak tidak beraturan dan mulai tidak kehilangan kesadaran hanya mempunyai waktu 10 detik sebelum tidak sadarkan diri.
Tetapi, mereka bisa menolong diri sendiri dengan batuk berulang-ulang dan dengan sekuat tenaga. Sebelumnya, mereka harus menarik napas dalam-dalam, dan batuk yang dikeluarkan pun harus sekeras dan sepanjang mungkin, seperti kalau kita akan membuang dahak yang menyumbat di dada kita. Menarik napas dalam lalu batuk sekuatnya ini harus diulang terus-menerus tanpa henti setiap 2 detik sampai bantuan tiba atau sampai detak jantung terasa normal kembali. (hati2 turun bero... hehehe..)
Dengan menarik napas dalam-dalam, oksigen akan masuk ke dalam paru-paru, sedangkan gerakan dada akibat batuk akan menekan jantung dan membuat darah tetap bersirkulasi. Tekanan pada jantung juga akan membuat organ tersebut kembali berdenyut dengan normal. Dengan demikian korban serangan jantung bisa sampai ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan medis.